Review STPC Roma: Con Amore



Judul Buku : STPC Roma
Penulis : Robin Wijaya
Penerbit : GagasMedia
Tebal : 374 Halaman
ISBN : 979-780-614-9
                                  
Blurb;

Pembaca tersayang,

Banyak jalan menuju Roma. Banyak cerita berujung cinta.
Robin Wijaya, penulis novel Before Us dan Menunggu mempersembahkan cerita cinta dari Kota Tujuh Bukit.

Leonardo Halim, pelukis muda berbakat Indonesia, menyaksikan perempuan itu hadir. Sosok yang datang bersama cahaya dari balik sela-sela kaca gereja Saint Agnes. Hangatnya menorehkan warna, seperti senja yang merekah merah di langit Kota Roma. Namun, bagaimana jika ia juga membawa luka?

Leo hanya ingin menjadi cahaya, mengantar perempuan itu menembus gelap masa lalu. Mungkinkah ia percaya/sementara sore itu, di luar ruang yang dipenuhi easel, palet, dan kanvas, seseorang hadir untuk rindu yang telah menunggu.

Setiap tempat punya cerita.
Roma seperti sebuah lukisan yang bicara tanpa kata-kata.

Enjoy the journey,
Editor

*       *       *

Leonardo Halim
Leo, begitu sapaan akrab dari seorang pelukis handal asal Jakarta ini. Kakeknya lah yang telah menginspirasinya untuk menjadi seorang pelukis. Sejak kecil Leo sudah sangat akrab sekali dengan yang namanya kuas dan cat. Setelah berhasil di Indonesia dia mencoba karirnya untuk bergabung dengan pameran lukisan di Roma, Italia. Dan dipertemukan dengan seorang wanita karir yang bekerja di kantor kedutaan Indonesia yang berada di Italia. Secara tidak sengaja mereka dipertemukan karena lukisan Leo yang dibeli oleh atasan wanita itu salah dalam pengiriman alamat.

Marla
Seorang seniman pengrajin kaca, yang biasa ditempel pada kaca-kaca jendela atau pintu pada gereja sekaligus sebagai pacar dari pelukis handal Leonardo Halim. Marla dan Leo bertemu saat pameran lukisan di Bali dua tahun lalu. Tergolong dalam wanita yang pengertian, baik, dan tentu saja selalu memperhatikan Leo.
 
Franco
Pria yang sangat romantis ini berprofesi sebagai pesepak bola Italia. Dengan perawakannya yang tinggi dan maco ini selalu memperlakukan Falice sebagai kekasihnya dengan sangat roamntis. Membuat Felice menjadi wanita paling beruntung se-Italia. Memiliki seorang kakak Perempuan bernama Anna, yang memiliki toko kue-Pasticceria La Ballotelli- di Napoli, Italia.

Felice
Seorang wanita karir yang bekerja di kantor kedutaan besar Indonesia di Italia, dengan tidak sengaja bertemu dengan seorang pelukis ternama-Leonardo Halim. Kesan pertama bertemu dengan pelukis tersebut sangat tidak menyenangkan, dan Felice dipertemukan kembali dengannya di Bali saat dia sedang pulang ke Indonesia untuk menghadiri pernikahan kakak perempuannya. Kemudian keakraban begitu saja terjalin pada mereka berdua hingga Leo kembali ke Italia untuk pameran lukisannya yang kedua kali.

*       *       *

Ini adalah karya penulis yang pertama yang pernah saya baca. Mas Robin Wijaya mengeksekusi ceritanya cukup bagus menurut saya dalam novel Roma ini. Berkisah tentang seorang pelukis yang sangat ambisius dengan pelukis ternama asal Itali-Micael Angelo. Dalam novel ini penulis menggunakan POV orang ketiga, tidak hanya Roma, namun penulis pun menyuguhkan kota Bali dalam cerita ini.
 
Saya sangat suka dengan karakter Leo yang memiliki sifat cool namun ramah itu. Saya dapat membayangkan saat Leo mengerjakan lukisannya dengan gayanya yang cool. Kekasih Leo pun selalu memperhatikan Leo. Tapi saya tak habis pikir, kenapa Leo malah berpaling kepada Felice? Apa yang dapat dilihat Leo dari Felice? Memang siih cinta itu tidak harus rasional. Tapi ‘sesuatu’ yang seharusnya dapat dimiliki Felice untuk dapat membuat Leo berpaling dari kekasihnya itu tidak ada. Saya tidak dapat menemukan ‘sesuatu’ yang spesial dari diri Felice.

Sangat disayangkan juga, aku merasa bahwa kota Roma yang sebagai latar itu hanya seperti tempelan. Penulis belum dapat membuat saya-sebagai pembaca-tercengang-cengang dengan latarnya. Belum dapat membekas dalam ingatan pembaca, belum hingga mengajak pembaca masuk dan mengikuti alur cerita tersebut, yang seharusnya sangat romantis itu. Namun karena isi ceritanya tokoh pria utama itu beromantis-romantisan dengan wanita lain-bukan dengan kekasihnya, maka saya jadi tidak respect dengan kedua tokoh tersebut-Leo dan Felice.

Feel nya pun jadi tidak ‘ngena’ sama sekali bagi saya. Hambar, datar, flat saja begitu. Hehehe Penulis memaparkan jalan-jalan mengelilingi kota Roma hanya dalam satu scan di salah satu bab. Ketika Leo meminta Felice menjadi guide nya untuk mencari inspirasi lukisanna. Kesannya penulis terburu-buru sekali dalam menjelajahi kota Roma tersebut. Sehingga pembaca dan bahkan tokoh tersebut pun tidak merasakan dan menikmati indahnya kota Roma. Sayang banget kan yaa.. :(

Ini ;lah spot di Roma yang berhasil aku shearch di mbah google. Sengaja ngambilnya gak pemandangan yang sudah biasa di Italia. ;D

Fontana dei Quatro Fiumi. Pict from here.

Fontana del Moro. Pict from here.

Pamphili Palace. Pict from here.

Untuk sejauh ini saya baru bisa memberi 3,5 of 5 leaves for this novel. Goodluck! :D

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer