Review Evergreen
Judul Buku : Evergreen
Penulis : Prisca Primasari
Penerbit : Grasindo
Tebal : 203 Halaman
ISBN : 978-602-251-086-4
Blurb;
Konichiwa! Selamat datang di EVERFREEN, kafe es krim
penuh pelayan baik hati, lagu The Beatles akan melengkapi hari-harimu.
Tempat yang menghangatkan, bahkan bagi seorang gadis pengeluh dan egois
sepertimu, Rachel!
Di kafe itu, kau menemukan sebuah dunia
baru, juga pelarian setelah dipecat dari pekerjaanmu. Menurutku itu bagus! Apa
enaknya sih kerja jadi editor?
Namun, sebenarnya butuh berapa banyak
kenangan dan sorbet stroberi untuk mengubah sifat egoismu? Atau yang kau
butuhkan sebenarnya hanya kasih sayang? Mungkin dariku, si pemilik kafe? Hmmm?
* *
*
Ini
kisah tentang seorang Rachel Yumeko River yang baru saja dipecat sebagai
editor Sekai Publishing. Seorang Rachel yang awalnya memiliki sifat yang
egois dan lebih mementingkan dirinya sendiri. Perlahan ia menyadari sifat
buruknya itu dan mulai berubah perlahan setelah menjadi bagian keluarga di kafe
Evergreen. Rachel baru menyadari bahwa bukan hanya dirinya saja yang
memiliki banyak masalah di dunia ini, bahkan ada banyak orang yang memiliki
masalah lebih berat darinya.
Yuya-senpai,
seorang yang fobia bebek sekaligus pemilik kafe Evergreen yang
menyelamatkan Rachel dari keterpurukannya karena dipecat dari pekerjaan, juga
hancurnya persahabatan Rachel dengan teman-temannya. Ia menawari Rachel bekerja
di kafenya, mengajak masuk ke dalam kehangat keluarga di kafe Evergreen.
Mungkin jika Rachel tidak berkunjung ke kafe Evergreen dan bertemu
Yuya-senpai, ia sudah melakukan jisatsu karena tidak kuat menjalani
beban hidupnya. Penggemar komik Soul Eater ini juga ternyata diam-diam
selalu memerhatikan Rachel saat berada di kafe Evergreen.
Dua
bersaudara-Fumio-kun dan Toshi-kun-yang menjadi pelayan kafe Evergreen
memiliki masalah mereka masing-masing. Kedua kakak beradik berasal dari Osaka itu
memutuskan pindah ke Tokyo karena mencari Ayah mereka yang tiba-tiba menghilang
meninggalkan mereka. Mereka yakin bahwa Ayahnya memiliki alasan yang dapat
mereka pahami. Namun tiba-tiba Toshi-kun dinyatakan mengidap penyakit Alzeimer
oleh dokter. Perlahan ingatan tentang kenangan-kenangan indah bersama kakak dan
teman-teman di kafe Evergreen-pun terlupakan. Sedangkan Fumio-kun tetap mencari
Ayahnya dengan mendatangi setiap acara musik, karena ia yakin bahwa Ayahnya
akan ada di setiap konser musik tersebut.
Akari-chan, yang bias dipanggil Kari oleh penghuni Evergreen
ini ternyata dulunya pernah memiliki hubungan dekat dengan Toshi-kun. Namun
setelah Toshi terkena penyakit Alzeimer, ia jadi melupakan perasaannya
kepada Kira. Bahkan menganggap Kira sebagai orang yang tak dikenalnya. Walau
begitu Kira berusaha memenuhi janjinya untuk membuatkan kostum Romeo x Juliet.
Gamma, seorang pemuda yang berasal dari Osaka ini pun
ikut bersama Fumio, Toshi dan Yuya-yang dulunya mendirikan kafe es krim juga di Osaka. Sambil mencari Ayah
Fumio dan Toshi, mereka merintis kafe Evergreen bersama. Gamma memiliki
mimpi, saat kafe Evergreen sudah dapat membuka cabang di Prancis, ia
ingin keluar dari kafe Evergreen dan mendirikan kafe miliknya sendiri.
Juga kisah
tentang seorang pelanggan tetap kafe Evergreen,Tada Toichiro-san.
Pria ini selalu menghabiskan waktunya seharian, bahkan hingga kafe akan tutup
sambil selalu membaca novel Akutagawa Ryunosuke. Pria ini terlalu diam
dan misterius dari seluruh penghuni di kafe Evergreen. Bahkan terkadang
ia memandang ke arah Rachel dengan tatapan yang tak dapat dipahami. Ternyata
Toichiro-san memiliki masalah yang beehubungan denga Rachel. Masalah yang pada
akhirnya mempertemukan Rachel dengan pemilik kafe Evergreen.
* *
*
Dari awal saya
baca novel ini, berasa lagi nonton anime. Ceritanya itu ‘anime’ banget.
Mengangkat tentang life style orang Jepang dalam perkejaan, persahabatan,
dan keluarga. Saya suka penulis hanya menjadikan kisah romance sebagai
bumbu pelengkap dalam alur ceritanya. Bahasa
yang digunakannya pun ‘Jepang’ banget. Walau ada beberapa kalimat bahasa Jepang
yang cara penulisannya kurang tepat.
Semua
rasa disuguhkan dengan baik di novel ini. Ada saat-saat si tokoh terpuruk,
senang sedih, terharu, juga kekocakkan dari beberapa tokoh. Semuanya teracik
begitu sempurna. Hal di mana Yuya-senpai memiliki pobia bebek itu adegan
yang begitu menghibur pembaca. Saya selalu membayangkan ekspresi Yuya seperti
dalam anime-anime Jepang. Hahaha Novel ini begitu hidup, karena tokoh-tokoh di
dalamnya memiliki karakter yang sangat kuat satu sama lain. Jadi tokoh tersebut
melekat pada ingatan pembaca.
Alur
yang maju mundur pun tidak membuat pembaca begitu kebingungan saat membacanya.
Karena penulis menyajikannya dengan gaya yang elegan dan ringan. Kami pembaca
dapat mengikuti setiap alur yang ada dalam novel ini. Dalam novel ini, tokoh
yang paling saya sukai adalah Fumio-kun. Saya sampai punya pikiran, jika saya
kelak dapat pergi ke Jepang, saya ingin bertemu Fumio di Tokyo. Saya ingin
menemani Fumio berkeliling beberapa negara yang dulu direncanakannya bersama
adik dan ayahnya. Gila memang, but who cares? :P
Menurut
saya novel ini tidak ada minusnya sama sekali. Semuanya saya suka, cover dan
sinopsisnya pun cukup mempengaruh pembaca untuk memiliki novel ini. Tapi ada
beberapa orang yang bilang, katanya font-nya yang kecil dan aneh itu
membuat mata tak nyaman. Berbeda pendapat dengan saya, menurut saya font
itu lumayan lucu dan unik. Samasekali tidak mengganggu jalannya cerita kok. Dan
epilognya itu buat saya nangis terharuuuuu.... T,T
Sorejya,
omedetou Prisca oneechan. Sutori no meccha subarashiina~ atashi wa suki desu. I
gave perfect rating for this novel, 5 of 5 leaves! ;))
Komentar
Posting Komentar