Review AI: Cinta Tak Pernah Lelah Menanti
Judul Buku : Ai
Penulis : Winna
Efendi
Penerbit : Gagas
Media
Tebal : 277
Halaman
ISBN :
979-780-541-7
Blurb;
Cinta seperti
sesuatu yang mengendap-endap di belakangmu. Suatu saat, tiba-tiba kau baru
sadar, cinta menyergapmu tanpa peringatan.
SEI
Aku mencintai Ai.
Tidak tahu sejak kapan ―mungkin sejak pertama
kali dia menggenggam tanganku― aku tidak tahu
mengapa, dan aku tidak tahu bagaimana. Aku hanya mencintainya, dengan caraku
sendiri.
AI
Aku bersahabat
dengan Sei sejak kami masih sangat kecil. Saat mulai tumbuh remaja, gadis-gadis
mulai mengejarnya. Entah bagaimana aku pun jatuh cinta padanya, tetapi aku
memilih untuk menyimpannya. Lalu, datang Shin ke dalam lingkaran persahabatan
kami. Dia membuatku jatuh cinta dan merasa dicintai.
* *
*
Novel ini
menceritakan tentang persahabatan tiga orang teman pada sebuah desa kecil di
Jepang. Ai, Sai, dan Shinichi. Ai sudah sejak lama bersahabat dengan Sai. Saat
mereka menginjak dewasa, cinta hadir di antara persahabatn mereka. Namun mereka
saling menutupi cinta yang mereka miliki pada sahabatnya karena beberapa
faktor. Kemudian datang Shin, yang membuat Ai merasa dicintai dan belajar
mencintai seseorang.
Kemudain mereka
bertolak ke Tokyo untuk melanjutkan study
mereka di Universitas Tokyo. Susah senang mereka lalui bersama. Shin pun
melamar ai untuk menjadi istirinya kelak. Saat itu lah Sai menyadari bahwa dia
akan kehilangan Ai, bahwa semuanya sudah terlambat untuk mengungkapkan isi
hatinya pada Ai. Dan Natsu lah yang menjadi pelarian cintanya, untuk menutupi
rasa tersisihnya dari Ai dan Shin.
Namun tiba-tiba
Shin meninggal karena sebuah kecelakaan lalu lintas. Ai pun menjadi seseorang
yang pemurung setelah ditinggal pergi oleh tunangannya. Saat suasana hati Sei
dan Ai kacau seperti itu, tiba-tiba Sai keceplosan mengutarakan perasaannya
pada Ai. Semua masalah berawal dari situ. Persahabatan mereka menjadi canggung.
Sai serba salah menghadapi Ai yang kian hari, kian menghindar darinya.
Lalu.... Lalu sila
baca sendiri bukunya ya. :D
* *
*
Hmm... Konflik
dalam novel ini sungguh kompleks. Namun saya tidak merasakan luapan emosi dari
setiap tokoh. Rasanya hambar saja saat saya membaca setiap lembar dari buku
ini. Kesannya berbeda dengan novel mbak Winna yang ‘Remember When’. Semua rasa senang, sedih, susah, kecewa, tercampur
aduk dalam novel ‘Remember When’.
Sebenarnya ini keduakalinya saya membaca novel Ai, saat saya duduk di bangku
SMA. Saya masih ingat, dulu kesan saya terhadapat novel ini benar-benar ‘ngena’
ke perasaan. Namun setelah saya membaca kembali novel ini untuk mereviewnya, ‘ko kesannya beda yah?’
pikirku. Mungkin karena dulu saya dangkal akan informasi Negara Jepang, jadi
saya merasa mendapat banyak pengetahuan dari buku ini. Atu mungkin karena novel
‘Remember When’ sudah direvisi ulang.
Saya tidak tahu pastinya.
Pun ada beberapa
hal yang mengganjal dalam novel ini. Di antaranya;
- Sai dan Ai tinggal di sebuah desa
di Jepang yang dekat dengan laut. Tapi tidak diberitahu nama desa tersebut.
Jadi yang kupikirkan saat membacanya adalah sebuah desa yang berada di Fukuoka,
Japan. Karena Fukuoka terkenal dengan pantainya.
- Sekolah SMP dan SMA di desa
tersebut tidak disebutkan. Karena di sini hanya di jelaskan bahwa sekolah SMP
dan SMA hanya ada satu sekolah. Aku berpikir, ‘seberapa terpencilkah desa ini
sebenarnya?’ sampe sekolah aja masing-masing tingkatnya hanya ada satu
bangunan. Aku jadi berpikir pada sebuah pulau terpencil yang berada di bagian―wah saya lupa letak pastinya x_x― namun di pulau
tersebut hanya ada 200 jiwa dan hanya ada sebuah kantor pos dan sekolah. Pulau
tersebut adalah pulau Aogashima.
- Saya sempat bingung saat membaca
scane ini;
"Ai! Shin!" Aku memanggil
mereka. “Laut!”
Mereka tampak sama terkejutnya
denganku, tidak menyangka akan melihat sekelebat pemandangan laut di Tokyo.―halaman 78.
Saya
jadi berpikir, ‘di Tokyo ada laut?’ Kemudian saya beringsut mencari peta Jepang
yang berada di rak buku. Saya beberkan peta tersebut di lantai, mengira-ngira
jarak Tokyo ke laut. Saya pun menyimpulkan bahwa tidak akan mungkin jika dari
apartemen lantai lima dapat melihat laut walaupun hanya sekelebat. Tapi itu
akan mungkin jika apartemen mereka berada di pinggiran kota Tokyo yang berada
dekat dengan laut. Saya pun masih penasaran dan menanyakannya langsung pada orang
Jepang, dan jawabannya memang tidak ada laut di Tokyo. -_-
- Dialog yang ini pun sedikit aneh. Toru menyeringai. “Siapa saja yang bisa.
Kudengar kau juga pandai memasak. Kau boleh mencoba jadi koki sehari.”―halaman 87.
Dari
mana Toru tahu kalau Sai pandai memasak? Hah, apakah dia sebenarnya seorang
peramal dan bukan pemilik restoran tersebut? :O hehe Sedangkan Sai baru saja
melamar dan baru menjadi seorang pendatang dari desa. Pastinya tidak ada orang
yang mengenal dia kan. Kecuali Sai menulis dia dapat memasak di surat
lamarannya.
- Dan yang saya ketahui bahwa belum ada jalur kereta yang menghubungkan ke Hokkaido yang berbeda pulau dengan Tokyo.
- Dan yang saya ketahui bahwa belum ada jalur kereta yang menghubungkan ke Hokkaido yang berbeda pulau dengan Tokyo.
Namun saya suka
sebuah kata-kata bijak yang dilontarkan Ayah Ai padanya.
“Di
dunia ini, ada beberapa hal yang disebut takdir―sisanya adalah pilihan. Jangan sesali sesuatu
yang sudah ditentukan oleh takdir, karena tanpa kesulitan dan kesedihan, kita
tidak akan benar-benar menghargai kebahagiaan.”―halaman 253-254.
Dan saya menyukai
alur dan bahasa yang dibakan oleh mbak Winna di novel ini. Saya tidak tahu
jikalau saya membaca versi baru dari novel ini. Mungkin akan ada beberapa
revisi yang mempercantik cerita ini tanpa mengubah ceritanya. Seperti novel Remember When, karena saya tidak tahu
bagaimana versi lama dari novel tersebut.
Yup, rasanya hambar banget emang baca novel ini.
BalasHapushehe pikiran kita sama yaa :D
HapusNiat banget sampe buka peta xD wkwkwk aku buta Jepang malah, mungkin nanti kalau baca malah gak perduli di Tokyo ada laut atau nggak, hajar terus sampai halaman terkahir lol
BalasHapushaha ya kaan sebuah novel juga harus berlogika teteh (^^)
Hapusudah selesai dibaca belum novelnya?
Wow, reviewnya detail banget, keren.. ;)
BalasHapushihi makasih mbak.. beginilah kelakuan saya kalau sudah bersangkutan dengan jepang -_-
Hapusaku nggak suka buku ini, kalau nggak salah aku ngasih satu sayap --
BalasHapus