Review Dilema: tiga cerita untuk satu rasa



Judul Buku : Dilema
Penulis : Alvi Syahrin
Penerbit : Bukune
Tebal : 334 Halaman
ISBN : 602-220-064-4

Blurb;

Estrella
Ini bukan kisah cinta segitiga seperti yang kau pikirkan.

Kira
Cinta hanya pernah membiarkan kita kesepian.

Adri
Tuhan tak pernah membiarkan kita kesepian.

Suatu ketika, aku ingin menceritakan kisah panjang tentang kami. Tentang tiga manusia yang jatuh cinta, cemburu, patah hati, tertawa, sakit, dan kehilangan.

Tentang tiga manusia yang mengharapkan hal paling utopis: selalu bersama tanpa ada yang terluka.

Ini kisah tentang kami bertiga yang saling bersitatap sekaligus memunggungi. Dan ini bukan kisah cinta segitiga seperti yang dia pikirkan..., tetapi bisa saja seperti yang kau duga.

*       *       *

Novel ini menceritakan tentang tiga orang sahabat yang lambat laun hubungan persahabatan mereka tidak lah lagi seperti dulu. Karena dua orang dari tiga sahabat itu menjalin sebuah hubungan spesial, lebih dari seorang teman atau sahabat. Hingga salah seorangnya merasa terasingkan dari mereka berdua. Klise memang, namun aku jamin novel debut penulis yang satu ini dapat meracik cerita tersebut menjadi istimewa.
Kak Alvi membuat karakter yang hidup, sepertinya penulis sangat menjiwai setiap karakter dalam novel tersebut. Karakter cewek remajanya dapet, karakter cowok remaja yang bersifat badboy dapet. Terkadang ada penulis yang membuat karakter cowok tapi sifatnya melenceng sekali, tidak hidup intinya. Dan juga mengangkat masalah-masalah pelik dalam dunia remaja kala itu. Aku baca novel ini jadi rindu suasana saat masa-masa SMA dulu. :’)

Penulis yang satu ini mempunyai karakter dalam pendeskripsian, yaitu pendeskripsiannya yang lengkap. Aku belum baca novel keduanya sih hehe, tapi aku membaca beberapa review di goodreads bahwa pendeskripsian kak Alvi di novel keduanya sangatlah mendetail. Sampe ada saja yang berkata bahwa penulis memanjang-manjangkan cerita. Namun aku pikir itu karakternya, memang ada beberapa kekurangan sekaligus kelebihan dari pendeskripsian secara mendetail. Yaitu, pembaca dapat membayangkan secara jelas setiap sudut dalam novel, terkadang bisa menjadi pengulangan deskripsi juga. 

Yup, seperti dalam novel ini juga ada beberapa kata yang malah menjadi berulang-ulang dijelaskan dalam beberapa babanya. Membuat aku gemas, mikirnya “Yaampuuun kak Alvi iyaaa aku udah tahu kalau si A itu masih suka sama si B, iki ko di ulang-ulang sampe aku bosan.” Nah loh... Memakai POV orang ke tiga itu jalan yang bagus, karena jadi tidak seperti sedang curhat, begitu kan kak Alvi? Hehe

Bahasa yang dibawakan penulis sangatlah ringan dan mengalir. Model-model bahasa gaul masa kini, namun tidak ‘lebay’. Konfliknya yang lumayan menyentuh dan sangat complicated, mengupas masalah keluarga dan persahabatan. Menurut aku ide yang segar, biar anak remaja jaman sekarang tidak didoktrin dengan cinta melulu. Hehehe

Well, over all is good. Aku tidak menyangka bahwa hari ini di mana aku dapat mereview karya novelnya kak Alvi. Yang dulu masih suka chatting sekedar sharing kepenulisan. Now, you become a real writer. Proud of you Kak. :’)

Oh ya, lupa.. covernya aku suka banget. So sweet, so simple, and match with the story. :D
I give 3,5 of 5 leafs for this novel. Novel kak Alvi yang pertama aku kasih bintang 3,5 loh.. biasanya aku cuma kasih 3, tapi entah kenapa aku tergugah untuk menambahkan setengah lagi untuk novel ini. Good luck kak, I’m waiting for the next novel. And ofcourse I’ll read your second book. ;)

Komentar

Postingan Populer