Review STPC Melbourne: Rewind

Judul Buku : STPC Melbourne
Penulis : Winna Efendi
Penerbit : GagasMedia
Tebal : 328 Halaman
ISBN : 979-780-645-6

Blurb;

Pembaca tersayang,

Kehangatan Melbourne membawa siapa pun untuk bahagia.

Winna Efendi menceritakan potongan cerita cinta dari Benua Australia, semanis karya-karya sebelumnya: Ai, Refrain, Unforgettable, Remember When, dan Truth or Dare.

Seperti kali ini, Winna menulis masa lalu jatuh cinta, dan kehilangan.

Max dan Laura dulu pernah saling jatuh cinta, bertemu lagi dalam satu celah waktu. Cerita Max dan Laura pun bergulir di sebuah bar terpencil di daerah West Melbourne. Keduanya bertanya-tanya tentang perasaan satu sama lain. Bermain-main dengan keputusan, kenangan, dan kesempatan. Mempertaruhkan hati di atas harapan yang sebenarnya kurang pasti.

Setiap tempat punya cerita.
Dan bersama surat ini, kami kirimkan cerita dari Melbourne bersama pilihan lagu-lagu kenangan Max dan Laura.

Enjoy the journey,
Editor

*       *       *

Laura Winardi
Seorang gadis yang tak memiliki mimpi dalam hidupnya. Walau usianya sudah menginjak angka dewasa, Laura masih mencari jati diri yang sebenranya, masih teombang-ambing dalam kehidupan dunia yang fana. Pemilik kucing yang bernama Paris ini dipertemukan oleh seseorang yang sangat terobsesi dengan cahaya, Max. Gara-gara Max membawa walkman milik gadis ini di Lost and Found, sebuah tempat untuk pengambilan barang hilang kampusnya. Sempat bepacaran lama dengan Max, lalu putus. End story. Tidak tahukah bahwa Max masih menyayangi Laura?

Cecily Tanuharja
Seorang flatmate sekaligus sahabat baik Laura dari semenjak SMP hingga memutuskan untuk meninggalkan kota kelahiran mereka-Bangung-dan meneruskan studynya di Melbourne. Laura memanggilnya dengan panggilan akrab, Cee. Cee ini perempuan yang cantik, pintar, dan memilikii keberuntungan yang bagus. Dipertemukan dengan seorang dokter hewan yang ganteng saat membawa Paris-kucing kesayangan Laura-saat sedang sakit. Dan mereka pun berpacaran hingga menikah dengan Evan. Namun Cee tidak tahu, bahwa hati Laura mulai menyukai pacar sahabatnya sendiri.

Maximillian Prasetya
Seseorang yang begitu terobsesi dengan cahaya, sekaligus mantan Laura Winardi. Yang masih dicintainya walaupun pernah sempat menjalin hubungan dengan wanita lain setelah putus dari Laura. Setelah kontrak kerjanya habis di Sydney, Max kembali ke Melbourne dan menetap di sana. Kembali pada masa lalunya dan mengaharapkan Laura dan dirinya kembali seperti dulu. Max tidak pernah berhenti dan lelah berada di sisi Laura, walau dia tahu bahwa Laura menyukai seseorang yang bernama Evan Mulyadi. Dan walau Laura tak pernah datang lagi ke Prudance, tempat yang selalu dikunjungi mereka berdua hanya untuk sekedar ngobrol atau menghabiskan bercangkir-cangkir kopi hitam. Rasa itu masih ada dari pertama kali Max mengucapkan ajakan untuk bertemu, “How about coffee?”

Evan Mulyadi
Evan adalah pacar sekaligus tunangan Cee, bekerja sebagai dokter hewan dan menyukai berbagai musik bergenre seruap dengan yang disukai Laura. Mereka pun dekat dan memiliki banyak persamaan. Cee tak pernah cemburu walau mereka berdua keluar bersama untuk menonton konser musik. Evan maupun Cee tidak tahu bahwa Laura mulai nyaman saat berada di dekat lelaki ini. Dan lagi saat Evan mengucapkan ‘happy new year’ untuk Laura, walaupun Laura tahu bahwa saat itu Evan sedang bersama Cee merayakan pergantian tahun bersama. Walau begitu Evan tidak menganggap lebih sama sekali pada Laura, bahkan Evan curhat pada Laura bahwa dirinya ingin melamar Cee. Tahukah Evan bahwa saat itu ada perasaan yang sesak menelusup pada diri Laura?

*      *      *

Seperti dugaanku, ini novel memang Winna Efendi banget. Yup, penulis yang satu ini memiliki karakter tersendiri dalam menulis karya-karya novelnya. Alurnya yang maju-mundur tak masalah bagiku, kak Winna juga meraciknya dengan cermat sehingga tak membuat pembaca bingung. Karakternya dapet banget, obsesi Max yang luarbiasa pada cahaya dan kegalauan Laura saat mengartikan perasaannya sendiri pada Max dan Evan. Cecily yang cantik dan pintar, kemudian Evan sang dokter hewan yang menawan. Semuanya dapat terbayang oleh imajinasi saya sendiri. Hehe

Pendeskripsian penulis tentang Melbourne juga ngena banget ke hati pembaca. Bagaimana tempat dan suasana suatu tempat pada kota Melbourne dapat tergambarkan dengan baik. Namun entah kenapa saya membaca novel ini tak merasakan apa pun. Ngambang aja gitu rasanya, mungkin karena kobfliknya tidak terlalu complicated dan juga permasalahannya pun hanya diselesaikan oleh Laura sendiri. Tidak ada perasaan membuncah sama sekali saat membacanya.

Dibadingkan dengan novel kak Winna yang Unforgettable dan Melbourne, saya lebih menyukai cerita yang Unforgettable. Walaupun konfliknya pun hanya konflik perasaan seperti halnyya Melbourne, tapi Unforgettable memiliki nilai lebih. Untuk nilai lebihnya itu saya pun tidak tahu apa, sulit untuk dijelaskan kata-kata. *Ngeles* XD

Anyway this the picture, which I collect it from google.

 
Prudence Bar; Tempat Max dan Laura bertemu dan mengobrol sepajang malam. Pict from here

 
Vic Market; Tempat Max dan Laura membeli jam doughnut. Pict from here

Eureka skydeck 88; Tempat saat Laura menemani Max mencari objek cahaya. Pict from here

Overall saya suka dengan novel ini. Cukup puas membacanya. 3,5 of 5 leafs for this novel. :)


Komentar

  1. Wuih...aku belum baca nih... jadi makin penasaran... ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe bulan kemarin belum baca mbak? kalau bulan sekarang pasti sudah baca dong yah ;))

      Hapus
  2. Emang bagusan unfergattable ya huhu.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer